Ø PENGERTIAN BIOS
BIOS (Basic Input and Output System) sebenarnya adalah
sebuah firmware yang tersimpan pada sebuah EEPROM (Electrically Erasable
Programmable Read-Only Memory).
Ini yang menyebabkan BIOS memiliki beberapa perbedaan,
antara satu sistem dengan sistem yang lain. Namun perbedaan antar-BIOS
sebetulnya hanya pada susunan menu dan istilah yang digunakan. Selebihnya
sebagian besar memiliki kesamaan pada fungsi yang diusung.
Pada artikel ini, kami memberikan contoh kebanyakan dari
Phoenix-Award. Karena belakangan ini, BIOS Phoenix-Award inilah yang paling
sering kami temui pada kebanyakan motherboard terbaru.
Kami juga berusaha untuk memberikan ekuivalensi nama
fitur pada kebanyakan BIOS. Namun tentunya, Anda juga sudah dapat mengira-ngira
fungsi apa yang sama pada BIOS Anda.
MODDING BIOS
Tidak hanya PC case yang bisa menjadi sasaran modding.
Modding BIOS pun dapat dilakukan. Yang perlu Anda lakukan adalah sebuah
aplikasi yang tepat.
Beberapa produsen motherboard juga menyertakan aplikasi
untuk melakukan modding BIOS. Namun, kebanyakan hanya menyediakan fasilitas
sederhana. Seperti mengganti layar saat boot. Lebih dari itu, biasanya para
produsen tidak menyediakannya. Dan kali ini, kami akan memberikan beberapa
panduan bagi Anda yang tertarik untuk melakukannya.
Pada bagian tersebut akan membahas mulai dari yang paling
sederhana. Seperti mengganti welcome boot screen dari BIOS. Sampai beberapa
aplikasi unik yang mampu memberikan keleluasaan untuk mengedit BIOS.
Seperti Award BIOS Editor, yang mampu mengedit menu-menu
yang akan tampil pada BIOS. Ingat, aplikasi ini hanya terbatas membuka fungsi
yang tersembunyi pada menu BIOS. Bukan membuat ulang program BIOS untuk
menjalankan fungsi tertentu.
Ini juga berguna sekiranya Anda sudah bosan
menunggu-nunggu update BIOS yang disediakan dari produsen motherboard Anda.
Ataupun untuk produk yang sudah discontinue, atau malah sang produsen tidak
menyediakan sama sekali perihal update BIOS ini.
PROCESSOR & CPU FREQUENCY
Terdapat beberapa varian nama untuk fungsi yang satu ini.
Anda dapat menemukan fungsi ini dengan menu bernama Adjust CPU FSB frequency,
atau CPU host clock.
Dapat ditemukan dalam menu Advanced Chipset Feature. Atau
beberapa menu khusus untuk overclocking, seperti Jumperfree Configuration,
uGuru, Cell menu, dan seterusnya. Secara default, setting yang sering digunakan
adalah pada mode Standard, Default, atau Auto.
CPU Frequency = ?
CPU Frequency didapatkan dari hasil perkalian antara
clock dan multiplier. Clock pada beberapa BIOS disebut dengan external clock.
Sedangkan multiplier factor adalah faktor pengali.
Namun dengan perkembangan penamaan processor belakangan
ini, membuat hal ini tidak sesederhana dulu, waktu penamaan processor
menggunakan frequency kerjanya. Jadi, ada baiknya Anda masih memiliki data
acuan untuk setting processor yang Anda gunakan. Atau dapat juga mencarinya
pada situs resmi para pembuat processor. Setidaknya ini akan menghindarkan
kesalahan pada setting.
MENGANDALKAN SETTING AUTO
Mengoptimalkan sebetulnya cukup sederhana. Menggunakan
setting auto pada kebanyakan kasus memang yang terbaik. Kecuali karena satu dan
lain hal, ada kesalahan saat pembacaan processor secara otomatis.
Jika hal ini yang terjadi pada kasus Anda, maka samakan
setting BIOS dengan spesifikasi processor yang digunakan. Pastikan nilai clock,
multiplier, dan terkahir CPU frequency sesuai dengan spesifikasi processor yang
digunakan.
Saran kami, selama tidak ada masalah, setting auto
sangatlah disarankan. Beberapa produsen motherboard, menyesuaikan setting CPU
frequency sesuai dengan beban kerja PC. Beberapa juga menyediakan preset
profile, dengan beberapa tingkatan. Selama tidak ada masalah kestabilan, hal
ini dapat terus dilakukan.
Catatan: kesalahan setting CPU frequency memiliki
konsekuensi kerusakan dan ketidakstabilan sistem. Kerusakan dapat terjadi baik
pada CPU, maupun motheboard. Pastikan, setting sesuai dengan spesifikasi.
RAM: DRAM TIMING SELECTABLE
Berikut adalah cara mengoptimalkan setting timming modul
RAM yang terpasang pada sistem. SPD (Serial Presence Detect) akan membaca
informasi yang terdapat pada EEPROM (Electrically Eraseable Programmable Read
Only Memory), antara lain memory type, size, speed, voltage interfaces, dan module
bank.
Secara default, kebanyakan motherboard akan memiliki
nilai pada setting BIOS dengan Auto, atau By SPD. Keduanya samasama mengacu
pada SPD modul yang terpasang.
HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN
Untuk mengoptimalkannya sebetulnya cukup sederhana. Hanya
diperlukan empat hal yang perlu diperhatikan.
CAS Latency Time: mendefinisikan latency yang terjadi
antara proses pembacaan DRAM sampai dengan waktu tersedianya data tersebut.
Act to Precharge Delay: mendefinisikan waktu yang
dibutuhkan (dalam satuan DRAM clock) yang akan digunakan sebagai parameter
DRAM.
DRAM RAS to CAS Delay: waktu DRAM antara saat
memungkinkan memberikan active command, dengan waktu proses read/write.
DRAM RAS Precharge: waktu idle yang dibutuhkan untuk
perintah precharge.
KENALI RAM ANDA
Sesuaikan dengan kemampuan modul DRAM yang terpasang.
Jika sistem Anda terpasang beberapa DRAM dengan kemampuan beragam, pilih modul
DRAM dengan kemampuan terendah sebagai acuan untuk setting timming DRAM.
Untuk mengetahui informasi mengenai modul RAM yang
terpasang, bisa menggunakan beberapa utility system info yang dapat menjabarkan
spesifikasi detail DRAM.
Jika ingin melakukan overclock pada RAM, sesuaikan dengan
spesifikasinya. Karena setting RAM paling berpengaruh dengan kestabilan sistem.
Selama tidak ada masalah, setting By SPD sangatlah
disarankan. Selama tidak ada masalah kestabilan, hal ini dapat terus dilakukan.
Jika Anda memiliki cukup waktu untuk berksperimen ataupun
memiliki informasi yang lebih baik mengenai modul memory yang terpasang,
mencoba setting timming yang lebih agresif dapat meningkatkan kinerja PC.
PROCESSOR: AMD CONFIGURATION
Untuk pembahasan ini, menurut kami adalah yang paling
menarik. Di mana perkembangan penambahan menu BIOS paling dirasakan.
Berikut adalah pembahasan fungsi-fungsi khusus, yang
hanya tersedia pada BIOS untuk motherboard dengan platform processor AMD. Lebih
khususnya lagi, yaitu untuk jajaran Athlon 64 (dan beberapa model Sempron).
Perlu diperhatikan adalah keragaman chipset yang
digunakan. Ini akan sedikit banyak memberikan perbedaan baik pada nama fungsi
maupun fasilitas yang tersedia.
HYPER TRANSPORT
Penjelasan singkat mengenai teknologi HyperTransport
adalah sebagai berikut. Adalah penerapan interface high speed hubungan
point-topoint, menghilangkan masalah I/O bottleneck.
Cara yang digunakan AMD antara lain dengan memindahkan
memory controller, terintegrasi dengan processor. Ini akan menghasilkan tingkat
latency yang lebih rendah. Dan memungkinkan penyederhanaan desain routing
motherboard secara keseluruhan.
HyperTransport atau dahulu dikenal dengan istilah
Lightning Data Transport (LDT) biasanya disesuaikan dengan faktor pengali bus
processor. Jika processor AMD Anda terbaca dengan sempurna, Anda dapat
mebiarkannya pada nilai auto. Jika tidak, sebaiknya samakan dengan nilai faktor
pengali processor.
AMD COOL‘N’QUIET
Seiring pertambahan kemampuan kinerja processor,
sekaligus menambah pasokan daya yang dibutuhkan, panas yang dihasilkan, juga
tingkat kebisingan yang meningkat dari fan untuk mendinginkan processor, solusi
AMD Cool‘n’Quiet dimaksudkan untuk mengeliminasi hal tersebut.
Fungsi ini dapat ditemukan pada tempat yang beragam.
Kebanyakan produsen motherboard, meletakkan fungsi ini pada menu khusus yang
disediakan oleh produsen motherboard.
Catatan: Fungsi hanya berlaku untuk processor mulai dari
AMD Sempron 3000+ (socket 754) dan seterusnya. Untuk dapat memfungsikan
fasilitas ini, selain mengaktifkannya pada BIOS diperlukan driver untuk
operating system dan CPU cooler yang mendukung teknologi ini.
PROCESSOR: INTEL CONFIGURATION
Tentu saja ada beberapa fungsi yang khusus hanya dapat
ditemukan pada BIOS untuk motherboard processor Intel.
Fungsi yang akan dibahas kali ini memang hanya berlaku
untuk processor Intel jajaran tertentu. Jika processor dan motherboard yang
Anda gunakan sudah mendukung. Inilah beberapa hal yang dapat Anda lakukan.
Hyper-Threading
Tentu saja, ini bukan istilah asing lagi. Jangan lupa
mengaktifkannya, sekiranya Anda menggunakan processor yang sudah mendukung
teknologi ini.
MPS Version Ctrl For OS
Multi-Processor Specification (MPS) sangat menentukan
informasi yang diberikan kepada operating system. Pilihlah versi 1.4. Kecuali
jika Anda masih menggunakan operating system lawas, seperti NT4. Terpaksa
menggunakan pilihan 1.2.
CPU Thermal-Throtling
Fungsi ini akan mengamankan processor dari overheating.
Selain meminimalkan panas yang dihasilkan, fungsi ini juga sedikit banyak akan
memperpanjang umur processor Anda.
Thermal Management
Biasanya dapat Anda temukan pada Advanced BIOS
Feature|CPU Feature. Istilah ini menggantikan penggunaan istilah CPU
Thermal-Throtling. Fungsinya sama, dengan melakukan perlambatan. Perintah TM1
digunakan mulai pada era Intel Pentium III. Fungsi ini juga dikenal dengan nama
Intel SpeedStep.
Pada jajaran processor terbarunya dengan teknologi Intel
Extended Memory 64 Technology (Intel EM64T), Enhanced Intel SpeedStep juga
dapat menurunkan kecepatan saat idle. Selain mengurangi panas yang dihasilkan,
ini juga menurunkan tingkat noise yang dihasilkan HSF processor. Dijanjikan penurunan
kinerjanya tidak akan sedrastis TM1.
Beberapa motherboard memberikan keleluasaan lebih untuk
mengaturnya. Anda dapat mendefinisikan nilai TM2 Bus VID, sesuai dengan
tegangan (volt) yang ditentukan. Juga nilai TM2 Bus Ratio, untuk menentukan
clock ratio. Sayangnya untuk TM2 Bus Ratio ini, diperlukan processor dengan
multiplier yang tidak ter-lock.
VGA: VGA TUNUNG
Peralihan slot Video Graphics Adapter (VGA) dari
Accelerated Graphics Port (AGP) menjadi PCI Express x16 memang memberikan
bandwidth jauh lebih besar. Dibandingkan dengan AGP 8x dengan bandwidth
maksimal 2,1GB/s, sedangkan PCI Express x16 dapat menawarkan bandwidth mencapai
4 GB/s.
Perubahan ini juga terjadi pada fungsi yang tersedia pada
BIOS. Beberapa fungsi setting untuk PCI-Ex x16 sebetulnya bisa dianalogikan
dengan fungsi pada AGP.
AGP Frequency dan PCI-Ex Frequency
Secara default, fungsi ini ada pada nilai auto. Jika
nilai default untuk AGP pada 66 MHz, maka untuk PCI-Ex bekerja pada 100 MHz.
Jika Anda termasuk pelaku overcolcking, perlu penyesuaian tersendiri untuk
menentukan nilai saat menaikan kecepatan bus VGA ini.
AGP Transfer Mode
Mungkin Anda masih ingat, awal kali pertama slot AGP
muncul. AGP transfer mode terus berkembang mulai dari 1x, 2x, 4x, dan 8x. Untuk
interface VGA PCI Express x16, fungsi yang serupa ini tidak tersedia.
PEG Link Mode
PEG (PCI Express Graphics) Link Mode adalah fungsi baru
yang tersedia pada beberapa BIOS. Tergantung pada produsen motherboard, karena
menurut pengalaman kami fungsi ini tidak tersedia pada semua motherboard dengan
slot PCI-Express x16.
Sebetulnya belum ada penjelasan yang pasti untuk fungsi
ini. Pilihan yang tersedia adalah Auto, Slow, Normal, Fast, dan Faster. Dan
pada beberapa kasus, ini akan mengubah kecepatan kerja VGA. Baik core clock
maupun memory clock. Jika Anda memiliki waktu selang, cobalah fungsi ini untuk
mendapatkan kinerja VGA yang lebih baik.
AGP Aperture Size dan PEG Buffer Length
Keduanya memiliki fungsi yang dapat dibilang sama. AGP
Aperture Size secara spesifik berfungsi untuk menentukan jumlah RAM yang
dialokasikan untuk AGP.
Sedangkan PEG Buffer Length hanya memberikan tiga
pilihan: Auto, Short, dan Long. Gunakan pilihan Long, jika penggunaan PC Anda
membutuhkannya dan Anda memiliki RAM yang berlimpah.
BOOT : QUICK BOOT
Meskipun pembahasan sejenis juga sudah tersedia pada
artikel terdahulu. Seperti bagaimana cara mengatur boot sequence. Saran kami
tetap sama. Pilihlah boot sequence yang benar-benar diperlukan dalam penggunaan
sehari-hari. Apalagi jika BIOS motherboard Anda juga sudah menyediakan sebuah
boot menu khusus. Ini akan memudahkan Anda sesekali mengubah boot sequence,
tanpa perlu berbelit-belit masuk ke BIOS.
Selain itu, masih banyak yang bisa dilakukan dengan mudah
untuk mempercepat proses booting PC Anda. Di sini akan dijelaskan, setting BIOS
apa saja yang dapat dilakukan untuk melakukan hal ini.
Tinggalkan Floppy Disk
Mematikan fungsi Boot Up Floppy Seek adalah salah
satunya. Sekaligus tidak menyertakan Floppy Drive sebagai salah satu bagian
boot sequence. Apalagi mengingat makin jarangnya Anda melakukan booting dengan
disket.
Keduanya harus dilakukan, agar tujuan percepatan waktu
booting tercapai.
OPTIMALKAN FUNGSI
Anda menggunakan motherboard yang sudah mendukung
konfigurasi harddisk RAID, atau malah interface SATA RAID. Tidak ada yang buruk
dengan hal ini.
Namun, misalnya Anda masih mengandalkan perangkat dengan
interface parallel ATA, dan tanpa memanfaatkan fungsi RAID atau SATA yang
tersedia. Maka, mengaktifkan fungsi-fungsi tersebut hanya akan memperlambat
proses booting.
Jika Anda perhatikan, saat mengaktifkan fungsi RAID.
Setelah proses POST selesai dilakukan, terlihat fungsi serupa yang berjalan.
Ini adalah proses BIOS dari RAID controller yang berjalan.
Mematikan fungsi ini akan menghemat waktu booting tidak
kurang dari 2 detik. Tergantung pada waktu delay untuk deteksi harddisk dengan
interface yang bersangkutan. Toh sekiranya Anda ingin memanfaatkannya, yang
diperlukan adalah mengubah nilai dalam menu Integrated Peripherals pada IDE/SATA
RAID function. Ataupun sekaligus mematikan fungsi Silicon SATA Controller, yang
sama sekali belum berguna sekiranya Anda belum menggunakan interface ini.
HARDISK: SETTING IDE SEQUENCE
Mungkin sebagian besar dari Anda akan segera bertanya,
apa susahnya mengatur hal yang satu ini? Memang relatif mudah, namun tidak
demikian dengan bertambahnya interface untuk harddisk pada motherboard terbaru,
yang dilengkapi dengan interface SATA, ataupun PATA.
Tidak seperti pada motherboard terdahulu, yang hanya
menyediakan pilihan konektor PATA untuk IDE drive. Secara default, harddisk
yang terpasang pada konektor IDE Primary Master, akan menjadi urutan pertama
proses boot.
Dengan tersedianya interface SATA, maka pilihan setting
untuk IDE ini sedikit lebih rumit. Namun setidaknya, Anda diberikan kebebasan
untuk menentukan sesuai dengan penggunaan.
Hal ini dapat dilihat, jika Anda masuk ke dalam menu
OnChip IDE Device. Biasanya dapat Anda temukan pada Integrated Peripherals.
Di dalam menu ini, terdapat berbagai pilihan, untuk
menentukan urutan sequence IDE, berdasarkan konektor yang digunakan. Perlu
diperhatikan di sini adalah konfigurasi SATA yang didefinisikan di menu BIOS
ini.
SATA Mode
Menentukan mode aktif untuk on-chip Serial ATA. IDE:
menjadikan on-chip Serial ATA sebagai IDE mode. RAID: Serial ATA bekerja dalam
RAID mode. AHCI (Advanced Host Controller Interface): Serial ATA menjadi AHCI
mode, untuk meningkatkan kegunaan dan performanya.
On-Chip Serial ATA
Menentukan fungsi on-chip Serial ATA. Disabled:
men-disable-kan fungsi Serial ATA controller. Auto: BIOS yang akan mengatur
secara otomatis fungsi ini. Combined Mode: menggabungkan fungsi PATA dan SATA
(total jumlah maksimal 4 IDE drive). Enhanced Mode: enable keduanya, baik
Parallel ATA dan Serial ATA (total jumlah maksimal 6 IDE drive). SATA Only:
SATA beroperasi pada legacy mode.
PATA IDE Mode
Secara khusus, mengatur mode untuk konektor IDE1.
Primary: “IDE1” connector bertugas sebagai Primary Master dan Primary Slave
channel (layaknya motherboard terdahulu). Secondary: “IDE1” connector bertugas
sebagai Secondary Master dan Secondary Slave channel.
PROCESSOR: DYNAMIC OC
Kebanyakan produsen motherboard terkemuka menyertakan
fungsi ini. Tentu saja dengan penamaan yang sedikit berbeda. Namun sebagian
besar memiliki banyak kesamaan, yaitu dengan tersedia profile setting
overclocking, untuk memudahkan penggunaannya.
Bahkan beberapa juga menyertakan fungsi overclocking
otomatis, menyesuaikan dengan beban kerja sistem secara otomatis. Bahkan tanpa
memerlukan campur tangan dari penggunanya.
APALAH ARTI SEBUAH NAMA
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, fungsi yang
semacam ini memiliki nama yang berbeda-beda. Pada ASUS, dikenal dengan nama
ASUS AI NOS (Non-delay Overclocking System). ABIT menyebutnya dengan OC Guru –
AutoDrive. Gigabyte punya fitur yang disebut C.I.A.(CPU Intelligent
Accelerator), yang sekarang sudah pada generasi kedua. MSI memiliki CoreCenter,
yang memiliki fungsi sejenis.
Letaknya pada menu BIOS pun juga beragam. Ada yang
langsung tersedia pada menu utama BIOS. Ada juga yang diperlukan sedikit
penjelajahan di dalam menu BIOS, sebelum Anda dapat berhasil sampai ke menu
ini.
PROFILE
Beberapa di antaranya juga menyertakan pilihan profile
overclocking yang akan digunakan. Ini akan menyesuaikan overclocking otomatis
yang akan digunakan. Pesan kami, sesuaikan dengan kemampuan perangkat pendukung
lainnya yang digunakan pada
sistem.
UTAMAKAN KESTABILAN
Dan cara yang paling tepat adalah menggunakan metoda
trial dan error. Dikarenakan keragaman komponen pada PC. Jika pada setting
sebelumnya, sistem Anda masih menunjukkan ketidakstabilan, ada baiknya
menurunkan ke step di bawahnya. Dan jika semua profile sudah Anda coba, namun
tingkat kestabilan sistem masih menyedihkan, maka Anda terpaksa memilih fungsi
ini pada pilihan disable. Sebab, secepat apapun performa sistem Anda tidak akan
banyak gunanya jika tidak disertai dengan tingkat kestabilan yang bisa
diandalkan. Tentu Anda tidak menginginkan, sistem yang sering crash.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA BIOS
Tanpa disadari, BIOS adalah bagian yang juga penting
dalam sistem PC Anda. Tanpa semua fungsi pada BIOS yang terlewati dengan
sempurna, maka sistem Anda tidak akan bekerja dengan optimal.
Bahkan pada beberapa kondisi, BIOS yang ngambek, dapat
membuat PC Anda tidak berfungsi. Semisal, saat mencoba melakukan overclocking
yang berakhir dengan kegagalan ataupun kesalahan konfigurasi CPU.
Sistem akan menyala, namun tanpa proses yang dapat
berjalan. Apa yang harus dilakukan?
1. Jika masih memungkinkan untuk masuk menu BIOS, yang
perlu dilakukan sederhana. Pilihlah menu Load System Default Settings atau Load
Fail-Safe Default, atau yang sejenis. Ini akan mengembalikan preset atau
profile BIOS dengan setting default, yang akan memastikan sistem dapat bekerja.
Perlu diingat, ini tidaklah optimal. Analoginya bagaikan sebuah operating
system yang bekerja pada safe mode.
2. Langkah berikut tidak berlaku untuk semua motherboard.
Terlebih motherboad yang telah berumur lebih dari lima tahun.
Beberapa produsen motherboard, khususnya untuk seri
premium, memberikan fasilitas khusus untuk hal semacam ini. Sebagai contoh,
produsen yang memiliki fitur semacam ini adalah ASUS dengan CPR (CPU Parameter
Recall), DFI dengan CMOS Reloaded atau seperti Gigabyte yang menyediakan Dual BIOS.
Fitur semacam ini akan terasa memudahkan pemiliknya, saat berhadapan dengan
masalah semacam ini. Cara penggunaan detail, dapat Anda lihat kembali pada buku
manual yang tersedia di paket penjualan.
3. Jika langkah-langkah termudah di atas belum dapat membantu
mengembalikan fungsi BIOS, maka langkah selanjutnya sedikit lebih merepotkan.
Clear CMOS adalah langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan. Untuk melakukan hal ini, terpaksa membuka PC case agar dapat
mengakses motherboard.
Beberapa motherboard menyediakan jumper untuk clear CMOS.
Letak jumper ini, dapat ditemukan pada manual motherboard.
Ada juga yang menggunakan cara melepaskan baterai CMOS.
Karena memang tidak tersedianya jumper Clear CMOS, meski Anda sudah
mencari-cari jumper clear CMOS.
Sedikit lebih mudah bagi pengguna motherboard ABIT yang
memiliki Guru Game Panel. Pada panel tambahan ini tersedia CMOS Reset Button.
Anda dapat dengan mudah melakukan Clear CMOS, tanpa perlu membuka PC case.
MODDING BIOS
Modding dapat dilakukan tidak hanya pada PC case. Bahkan
pada BIOS pun, modding juga dapat dilakukan.
Mulai dari yang sederhana. Seperti mengganti logo boot
screen, atau sekadar mengganti logo EPA (Environmental Protection Agency)
Pollution Preventer.
Sampai yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Seperti
mengganti nama field menu pada BIOS, ataupun membuka menu yang tersembunyi pada
BIOS.
Peringatan: sebaiknya lakukan backup BIOS, sebelum
melakukan modding BIOS. Pastikan Anda sudah mengetahui segala risiko dan cara
penanggulangannya. Risiko dan gangguan sistem mungkin saja terjadi.
Modding File BIOS
Perlu diperhatikan, proses edit untuk modding BIOS hanya
dapat dilakukan pada file BIOS. Bukan langsung pada BIOS yang sedang berjalan.
Jadi, sekiranya Anda ingin melakukan modding BIOS,
dibutuhkan BIOS yang masih berupa file. Bisa didapatkan dengan cara
men-download pada situs produsen (biasanya terdapat pada link pilihan support,
download update BIOS).
Atau Anda juga dapat menyimpan file BIOS ke dalam bentuk
file (biasanya berupa file berekstensi BIN). Proses ini dapat dilakukan dengan
mem-back-up BIOS ke dalam file. Aplikasi semacam ini banyak tersedia dalam
kebanyakan paket penjualan motherboard.
Beberapa program flash untuk update BIOS dimanfaatkan
untuk menyimpan BIOS menjadi file. Misalnya menggunakan Award Flash (Awdflash).
Setelah BIOS tersimpan dalm bentuk file, baru proses modding dapat dilakukan.
Untuk menggunakan BIOS yang sudah ter-modding, perlu
dilakukan proses sebaliknya. Flash BIOS dengan file BIOS yang sudah
ter-modding.
EPACODER
Aplikasi ini dikhususkan untuk mengganti logo EPA saja,
tidak lebih dari itu. Anda dapat melakukan convert dari file BMP, dengan
kedalaman warna maksimal 4 bit (16 warna atau monochrome). Sebaiknya ukuran
gambar yang digunakan beresolusi kisaran 136×84 pixel.
Fungsi semacam ini juga disediakan oleh beberapa produsen
motherboard. Namun kebanyakan hanya dikhususkan untuk mengganti logo boot
screen pada BIOS.
Info selengkapnya dapat dilihat di
http://www.technik.swiebodzin.pl/edukacja/informatyka/bios/tools/epacoder.htm.
AWARD BIOS EDITOR
Untuk sementara, aplikasi Award BIOS Editor ini lah yang
memiliki kemampuan modding BIOS paling lengkap.
Tentu saja aplikasi yang satu ini juga tidak disediakan
oleh Award sendiri. Jadi, penggunaannya benar-benar di luar tanggung jawab para
pemrogram BIOS.
Sebetulnya, banyak yang dapat dilakukan oleh aplikasi ini
sendiri. Bahkan Anda dapat mengedit menumenu pada BIOS. Termasuk nilai default
yang disediakan. Pada tree dalam Recognized Items, tersedia System BIOS. Jika
Anda pindah ke tab Setup Menu, maka akan terlihat tampilan menu dari
masing-masing halaman. Pada tab BIOS ID/Versions, Anda juga dapat melihat dan
mengganti info tambahan yang tersedia pada BIOS. Layaknya sebuah system tool
yang banyak tersedia untuk operating system Windows.
Sayangnya, aplikasi ini tidak dilengkapi dengan manual
yang terdokumentasi dengan baik. Juga aplikasi ini tidak kompatibel dengan
seluruh BIOS. Namun bagi Anda yang beruntung memiliki BIOS yang kompatibel
dengan aplikasi ini, kami ucapkan selamat memodifikasi BIOS Anda.
Info selengkapnya bisa Anda dapatkan di
http://awdbedit.sourceforge.net.
FAQ: YANG HARUS DI KETAHUI SEPUTAR BIOS
Berikut ini adalah lima hal penting yang perlu diketahui
seputar BIOS. Kemungkinan sebagian besar dari Anda tidak akan mengalami hal
ini. Hanya saja untuk berjaga-jaga, sekiranya di antara hal berikut ini terjadi
dengan PC, Anda telah mengetahui apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
01. Clear CMOS Saat Instalasi Motherboard Baru.
Pertanyaan: Perlukah melakukan clear CMOS, sebelum
menginstalasi motherboard baru?
Jawab: Walaupun dalam banyak kasus, hal ini sama sekali
tidak perlu dilakukan. Namun, hal ini sangat direkomendasikan untuk dilakukan
sebelum menginstalasi komponen pada sebuah motherboard baru. Untuk menjaga
kompatibilitas komponen hardware yang akan diinstal dengan motherboard. Sebab
ada kemungkinan, komponen hardware yang digunakan pada masa pengujian QA
(Quality Assurance), menggunakan komponen yang berbeda.
Masalah inkompatibilitas dapat saja terjadi, terutama
pada setting CPU dan beberapa komponen pendukung lainnya.
02. Proses Tidak Sempurna pada Saat Update BIOS.
Pertanyaan: Apa yang harus dilakukan, sekiranya saat
dilakukan update BIOS tiba-tiba sistem crash ataupun listrik padam?
Jawab: Inilah yang paling ditakutkan selama proses
melakukan update BIOS. Musibah memang bisa terjadi di mana dan kapan saja. Yang
harus dilakukan jika hal ini terjadi adalah sebagai berikut.
Lakukan secepatnya clear CMOS. Sekiranya sistem hang,
sebelum mematikan ataupun melakukan reset, pindahkan jumper ke posisi clear
CMOS. Tindakan ini semacam proses undo pada beberapa aplikasi. Dengan harapan,
EEPROM pada BIOS akan kembali ke BIOS semula.
Kecuali motherboard Anda dilengkapi dengan BIOS back-up.
Anda dapat dengan mudah melakukan restore BIOS utama. Mengandalkan BIOS backup
yang tersedia pada motherboard Anda.
03. PC Gagal Melakukan Proses Booting.
Pertanyaan: Sesekali sistem mengalami gagal boot, setelah
sistem dimatikan secara keseluruhan (cabut kabel AC, switch off pada PSU). Apa
penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Jawab: Sebaiknya, jika PC direncanakan tidak akan
digunakan dalam waktu lama, maka catuan power AC ke PC dicabut. Atau minimal
switch PSU di dalam posisi off. Namun setelah itu, PC mengalami gagal boot.
Ini terjadi karena belum meratanya catuan daya ke seluruh
komponen PC. Termasuk BIOS. Ini yang menyebabkan proses boot gagal dilakukan
dengan sempurna. Gejalanya adalah, PC menyala, namun tidak melanjutkan proses
boot, bahkan tanpa terdengar bunyi POST code.
Yang perlu dilakukan sederhana. Beri interval waktu,
setelah melakukan sambungan ulang power AC (kurang lebih 30 detik). Ini untuk
memastikan PSU sudah beroperasi dengan optimal.
Memastikan tegangan listrik juga dapat membantu
menyelesaikan masalah ini. Demikian juga dengan pemilihan PSU yang lebih
berkualitas pada PC Anda.
04. Perlukah Update BIOS?
Pertanyaan: Pada situs resmi produsen motherboard yang
digunakan, tersedia update BIOS. Perlukah melakukan update dengan BIOS versi
terbaru?
Jawab: Alasan yang paling tepat untuk munculnya kebutuhan
update BIOS adalah saat menambahkan kompatibilitas untuk sebuah komponen yang
terpasang. Seperti harddisk ukuran 200 GB, CPU terbaru yang sering membutuhkan
update BIOS untuk dapat berjalan dengan sempurna.
Juga tidak disarankan, untuk melakukan update BIOS dengan
alasan memperbaiki salah satu software bug dari BIOS. Hal ini sangat jarang
terjadi. Kecuali dinyatakan secara khusus.
Atau, dalam versi BIOS yang digunakan, terdapat banyak
bug yang mengganggu. Update BIOS dengan alasan selain itu, memang tidak ada
salahnya. Namun kemungkinan besar, itu hanya akan membuang waktu saja.
05. Setting BIOS Tidak Tersimpan pada CMOS.
Pertanyaan: Mengapa CMOS tidak menyimpan setting BIOS?
Jawab: Ada dua kemungkinan. Perhatikan POST yang
diberikan saat booting. Jika pesan yang diberikan semacam ini “CMOS checksum
invalid” atau “Invalid configuration, run Setup”, penjelasannya sangatlah
sederhana. CMOS tidak dapat menyimpan setting BIOS, dikarenakan kurangnya daya
dari baterai CMOS. Jadi, yang perlu dilakukan, hanyalah mengganti baterai CMOS
dengan yang baru. Kebanyakan bertipe CR2032. Dan baterai ini relatif mudah
didapatkan, tidak hanya tersedia pada toko komputer.
Kemungkinan kedua, terjadi karena kesalahan setting.
Beberapa motherboard menyediakan jumper clear password (CLR_PWD), yang dapat
menyebabkan setting BIOS tidak dapat tersimpan. Untuk detail yang satu ini, ada
baiknya untuk terpaksa membukabuka buku manual motherboard Anda.
Ø Cara Kerja
BIOS
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa fungsi utama BIOS adalah melakukan POST. Sedangkan urutan-urutan atau cara kerja BIOS adalah dimulai dengan proses inisialisasi, dimana dalam proses ini kita bisa melihat jumlah memory yang terinstall, jenis hardisk dan kapasitasnya dan sebagainya.
BIOS kemudian akan mencari, menginisialisasi dan menampilkan informasi dari Graphics Card. Kemudian akan mengecek device ROM lain seperti hardisk dan kemudian melakukan pengetesan RAM yaitu memory count up test. Setelah semua test komponen berhasil dilakukan, BIOS kemudian akan mencari lokasi booting device dan Sistem Operasi.
Mengenai cara kerja BIOS atau urutan-urutan apa saja yang dikerjakan BIOS pada saat melakukan POST ini bisa dibaca pada postingan mengenai urutan proses startup komputer.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa fungsi utama BIOS adalah melakukan POST. Sedangkan urutan-urutan atau cara kerja BIOS adalah dimulai dengan proses inisialisasi, dimana dalam proses ini kita bisa melihat jumlah memory yang terinstall, jenis hardisk dan kapasitasnya dan sebagainya.
BIOS kemudian akan mencari, menginisialisasi dan menampilkan informasi dari Graphics Card. Kemudian akan mengecek device ROM lain seperti hardisk dan kemudian melakukan pengetesan RAM yaitu memory count up test. Setelah semua test komponen berhasil dilakukan, BIOS kemudian akan mencari lokasi booting device dan Sistem Operasi.
Mengenai cara kerja BIOS atau urutan-urutan apa saja yang dikerjakan BIOS pada saat melakukan POST ini bisa dibaca pada postingan mengenai urutan proses startup komputer.
Ø Cara Akses BIOS
Untuk mengakses BIOS dapat kita lakukan dengan menekan tombol tertentu (biasanya tombol Delete atau F2) pada Keyboard pada saat pertama kali komputer dinyalakan. Akan terdapat tulisan misalnya "Pres F2 to enter setup", maka langsung aja kita tekan tombaol F2 berulang-ulang.
Seting BIOS
Untuk mengakses BIOS dapat kita lakukan dengan menekan tombol tertentu (biasanya tombol Delete atau F2) pada Keyboard pada saat pertama kali komputer dinyalakan. Akan terdapat tulisan misalnya "Pres F2 to enter setup", maka langsung aja kita tekan tombaol F2 berulang-ulang.
Seting BIOS
Cara seting atau konfigurasi BIOS ini berbeda-beda tergantung dari vendor pembuatnya, disini saya akan menampilkan menu-menu pada BIOS yang umum kita temui yaitu Phoenix Award BIOS. Menu utama pada BIOS ini adalah :
1.
Standard CMOS
Features, untuk seting tanggal dan melihat hardisk yang terdeteksi, dll.
2.
Advanced BIOS
Features, pengaturan boot device priority (pilihan device untuk pertama
booting) dapat diset disini.
3.
Advanced Chipset
Features
4.
Integrated
Peripherals
5.
Power Management
Setup
6.
PnP/PCI
Configuration
7.
PC Health Status,
kita bisa cek temperatur dan tegangan dari Power Suplly disini.
8.
Load Fail-Safe
Defaults (Load Factory Setting), pilih menu ini untuk mengembalikan seluruh
setingan ke mode asalnya (default).
9.
Load Optimized
Defaults
10.
Set Supervisor
Password
11.
Set User Password
12.
Save & Exit
Setup
13.
Exit Without
Saving
0 komentar:
Posting Komentar